Minggu, 27 Mei 2012

Hindu



Awalnya, Jawa Barat atau yang kerap disebut Tatar Sunda atau Ranah Sunda, kurang mendapatkan tempat dalam sejarah nusantara kuno. Sebab di provinsi ini sejak lama dikenal sebagai wilayah yang miskin dengan peninggalan purbakala khu­susnya candi. Meski pada masa silam sejumlah kera­jaan Hindu-Budha yang besar seperti Tarumanegara, Pajajaran hingga Kerajaan Sunda,jarang yang memiliki tinggalan arkeologis. Meski demikian, ang­gapan itu mulai terbantah melalui berbagai temuan, seperti ditemukannya Can­di Lanang dan Candi Wadon di Cibuaya Kabu­paten Karawang. Lalu Candi Cangkuang di Ka­bupaten Garut. Setelah itu, muncu1 candi-candi 1ainnya di Batujaya yang jumlah­nya lebih dari 25 candi yang baru digali 10 buah. Selain itu, masih ada candi di Binangun (Pamarican) dan Pananjung di daerah Ciamis. Yang terakhir adalah temuan sebuah situs Hindu baru pada pertengahan tahun 2006 lalu. Saat menggali tanah, tak sengaja susunan bata merah ditemukan di Kampung Talun Desa Talagasari, Sagalaherang, Subang. Setelah melalui proses identifi­kasi, bangunan tersebut diper­kirakan merupakan candi agama Hindu dari abad ke-9 hingga 16 Masehi.

“Hingga saat ini terhadap situs Talun baru dilakukan eks­kavasi untuk langkah identifikasi belum pada tahap lanjutan”, ujar Drs Kamal Ma'ruf, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang. Ekskavasi awal dila­kukan bersama tim dari Balai Arkeoiogi (Balar) Bandung dan Pusat Penelitian Arkelogi Nasional (Arkenas).Ekskavasi dua kota peng­galian dengan diameter 6 X 6 meter, kedalaman 1,5 meter menemukan susunan bata merah yang diduga pondasi bangunan dengan ukuran bata memiliki panjang 31 cm, lebar 22 cm, dan lebal 8 cm. “Kami mempredik­sikan, susunan bata merah ter­sebut berupa fondasi bangunan. Diperkirakan bangunan candi Hindu, karena saat digali pondasi terus memanjang”, ujar Nanang dari Arkenas. Prediksi tersebut dikatakan Nanang dengan perkiraan kalau pendopo atau rumah bangunan terdiri dari ruangan. Sementara di Situs Talun struktur bangun memanjang dan baru digali sepanjang 6 meter. Prediksi juga diperkuat dengan temuan ke­pingan artefak keramik cina yang diperkirakan dari dinasti Sing abad 9 sampai 16 Masehi. “Tapi ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,”ujarnya dilansir Harian Pikiran Rakyat.

Saat ini, ekskavasi yang dilakukan Disbudpar Kab. Subang, Balar dan Arkenas. merupakan tahap awal. Setelah dilakukan pembebasan tanah akan dilakukan ekskavasi tahap lanjutan untuk mempelajari kemungkinan situs candi-candi Batujaya Karawang.
Empat tahun sebelum­nya, juga ditemukan candi di Kampung Bojongmenje Desa Cangkuang Keca­matan Rancaekek Kabu­paten Bandung, tepatnya pada 18 Agustus 2002 lalu. Candi yang ditemukan penduduk setempat itu dibuat dari batu andesit dengan sisi-sisinya be­rukuran 6 meter dan diper­kirakan candi berasal dari abad ke-7 M.
Hal ini didasarkan pada bentuk candi yang seder­hana yaitu dindingnya hanya terdiri satu lapis dan tidak ada relief. Candi Bojo­ngmenje ini diperkirakan sangat tua dengan alasan peradaban manusia yang membuatnya masih sangat sederhana dibandi.ngkan Candi Prambanan dan Borobudur. Latar belakang keagaamaan Candi Bojongmenje sudah dapat diketahui pasti, yaitu Hindu Siwa. Kepastian itu diketahui dengan ditemukannya yoni yang melambangkan simbol dari Dewa Siwa.Jauh sebelum Candi Bojongmenje ditemukan, juga sudah ada Candi Cangkuang di tengah-tengah Situ (danau-red) Cangkuang di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Candi Hindu ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, dan ditemukan pertama kalinya oleh Pakar Purbakala Drs. Uka Tjandrasasmita, tepatnya pada tanggal 9 Desember 1966.

Penemuan peninggalan pur­bakala yang mulai bermunculan itu sedikit demi sedikit menguak kegelapan sejarah tanah Sunda. Begitu juga dengan peranan Sunda dalam persebaran agama Hindu Budha, dipandang men­jadi sangat penting.Ditemukannya Candi Bojong­menje yang diduga dibangun pada abad ke-7 M mengubah fakta sejarah. Fakta tersebut antara lain tentang arah penye­baran budaya dan agama Hindu di Pulau Jawa dari timur ke barat, menjadi sebaliknya yaitu dari barat ke timur.Hal itu berdasarkan temuan­-temuan arkeologi yang menun­jukkan bahwa Candi Bojong­menje lebih tua dibandingkan candi-candi Hindu lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau paling tidak setara dengan candi tua di Dieng Jawa Tengah.

Bukti-bukti epigrafis me­nunjukkan bahwa di wilayah Sunda telah ada pusat kerajaan Hindu yaitu Tarumanagara. Di samping itu, perkembangan penelitian arkeologi di wilayah. Tatar Sunda mulai muncul penemuan candi. Oleh karena itu penemuan Candi Bojongmenje diharapkan akan membuka tabir ini menjadi lebih terang.Kuat dugaan, sejatinya sangat banyak peninggalan arkeologis dari jaman Hindu maupun Budha yang ada di Sunda. Namun, menurut analisis para pakar arkeologi proses Islamisasi di Sunda cenderung lebih intensif dibanding dengan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Proses Islamisasi yang lebih intensif berpengaruh pada militansi beragama orang Sunda. Karena keislamannya yang kuat, masyarakat Sunda yang sudah masuk Islam diduga “menghancurkan” bangunan candi­-candi sebagai peninggalan agama Hindu Budha dan tempat pemujaan yang bertentangan dengan keyakinan yang diajar­kan Islam.

Hingga saat ini kedua asumsi tersebut di atas belum didukung oleh bukti-bukti sejarah alias baru dugaan. Namun, berbagai te­muan arkeologis ini paling tidak memperlihatkan kuatnya jejak-jejak peradaban Hindu di tanah Sunda.


Kultur dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan Budha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu yang dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.
Berbicara tentang agama yang di usung oleh negeri Dewata. Pemilik sungai Gangga (India) berupa agama Hindu. Tidak lah dipungkiri bahwa Agama Hindu sudah nampak di permukaan Nusantara/Banten semenjak islam belum masuk di Bumi Nusantara. Lebih lanjut kita berbicara Hindu di wilayah Banten itu tidak terlepas dengan prasasti ataupun Arca-arca peninggalan zaman dahulu sehingga tidak di elakkan lagi bahwa di Banten pernah tumbuh berkembang agama Hindu.
Sendi-sendi religi masa silam pra Hindu di seputar lereng dan suku Gunung Pulasari, Gunung Karang dan Gunung Aseupan. Ketiga gunung tersebut memiliki nilai keramat bagi masyarakat Banten. Sebab Pucuk Umum, Ratu-pandita “Hindu” sebagai penganut agama Hindu kala itu menandakan sungguh Banten telah dihuni orang-orang yang beragama Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar